5 Tahun Bertumbuh, Together #ForBetterEarth Menjadi DNA Pijakbumi

0 comments

 

Menjelang petang, hiruk pikuk di kantor Pijakbumi tak kunjung lengang. Terletak di pusat kota Bandung, suara bising knalpot motor kerap terdengar melalui dua jendela kecil di sudut – sudut ruangan. Teringat dengan salah satu perbincangan di kantor Pijakbumi sore itu, “Setiap proses desain sepatu harus memperhatikan efisiensi material yang dipakai agar material sisa produksi tidak terbuang secara percuma.” ujar Rowland Asfales, selaku pendiri dari Pijakbumi.

Pada tahun 2017, setahun setelah Pijakbumi lahir, Pijakbumi mengusung movement dengan tagar #ForBetterEarth dimana Pijakbumi terus melakukan perbaikan dalam memproduksi produk yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. 

“Tidak seluruh material yang dipakai Pijakbumi sudah ramah lingkungan. Kami belum sempurna dalam menerapkan sustainable fashion namun kami terus berupaya untuk membangun proses produksi dan konsumsi yang bertanggungjawab secara holistik.” lanjut pria yang akrab disapa Fales.

Salah satu material ramah lingkungan yang digunakan oleh Pijakbumi adalah serat kenaf yang dikombinasikan dengan limbah eceng gondok dan ditenun menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). “8-9 bulan setelah Pijakbumi berdiri, kami mencari material ramah lingkungan–beralih dari kulit sapi samak nabati menjadi material berbasis tumbuhan. Akhirnya, kami menemukan serat kenaf dari seorang pemilik sentra tenun di Pekalongan yang berhasil memproses serat kenaf menjadi kain tenun,” ucap Fales.  Dalam proses pertumbuhannya, tumbuhan kenaf tidak membutuhkan banyak pupuk, pestisida, maupun air karena batang dan akar tumbuhan kenaf memiliki kemampuan untuk menyimpan air. Selain itu, serat yang dihasilkan oleh tumbuhan kenaf sudah berwarna putih alami sehingga tidak memerlukan proses pemutihan dengan menggunakan zat kimia yang dapat mencemari lingkungan.

Selain material berbasis tumbuhan, Pijakbumi juga memperhatikan sisi material yang mudah terurai. “Sepatu ini suatu hari akan jadi sampah. Harapan kami, produk Pijakbumi yang sudah tidak terpakai dapat dikembalikan ke Pijakbumi dan kami produksi lagi dari limbah sepatu kami sendiri,” ucap Fales. Salah satu proyek jangka panjang yang akan dikerjakan oleh Pijakbumi yaitu proses co-designing dan post-consumer recycled campaign dimana Pijakbumi bersama #temanmelangkah dapat memahami konstruksi desain sepatu yang mengusung konsep keberlanjutan, bagaimana memilih material dan komponen sepatu yang ramah lingkungan, bagaimana menentukan harga yang bijak dari sisi pengrajin dan konsumen, hingga bagaimana memanfaatkan kembali sepatu Pijakbumi yang sudah rusak atau tidak terpakai untuk di daur ulang dan memperpanjang masa hidup dari sepatu itu sendiri. Pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan ini dapat mewujudkan circular economy dalam industri fashion.

Brand yang sudah melakukan proses ekspor ke negara Jepang dan Swiss ini memang baru berusia 5 tahun, umur yang terhitung muda tapi bukan waktu yang singkat bagi sebuah brand untuk bertumbuh. ”Setiap hari ada masalah dan keputusan yang berbeda, banyak hal yang sebenarnya aku pelajari dari Pijakbumi.” Saat ditanya mengenai visi Pijakbumi, “Pijakbumi bukan cuma tentang visi dan idealisme ku seperti apa tapi bagaimana kontribusi ke orang sebanyak-banyaknya, make everything happened  for better purposes, together #ForBetterEarth.” 

  Tim Pijakbumi dengan BUMI T-shirt

Leave a comment

All blog comments are checked prior to publishing
You have successfully subscribed!
This email has been registered